Lagi2 pengekor wahabi telah mengatakan musyrik kepada seorang Ulama’ pengarang Maulid Albarzanji. Benarkah dalam syi’ir Barzanji ada kesyirikan?????
Perlu diketahui bahwa dalam memahami syi’ir perlu adanya penjabaran/penjelasan karena bentuk syi’ir singkat dan menyesuaikan bahar (struktur syi’ir)nya dan yang mengerti arti sesungguhnya hanyalah si penya’ir atau mereka2 yang ahli dalam ilmu syi’ir dengan cara mengkajinya. Salah satu pengkajian syi’ir adalah dengan mengkaji lafadh2nya. Dalam sebuah syi’ir terkadang ada pembuangan kalimat, dan untuk mengetahui pembuangan tersebut biasanya ada petunjuk terhadap kalimat yang dibuang atau adanya syi’ir disesuaikan dengan muqtadlol hal (tuntutan sebenarnya) dan ini bisa diketahui dengan melihat kepribadian dari si penya’ir atau qorinah2 yang lain. Langsung ke TKP.....
Contoh lafad yang di tuduh syirik oleh wahabi adalah:
يا بشير يا نذير
Wahai pembawa kabar gembira (surga) dan pemberi peringatan (neraka)
Nabi Muhammad Diutus sebagai pembawa berita gembir dan pemberi peringatan, sebagaimana firman Allah :
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلاَ تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ
Sesungguhnya Kami (Allah) telah mengutusmu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggung-jawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. SURAT AL-BAQARAH (2) Ayat 119
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً
Wahai Nabi, Sesungguhnya Kami (Allah) mengutus kamu (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Surat Al ahzab
Lanjut ke contoh bait berikutnya..................
فأغثني و أجرني يا مجير من السعير
maka Tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir
atau
فأغثني و أجرني يا مجير من السعير
lalu Tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir
Kalimat أَجِرْ dan أَغِثْ adalah fi'il amr dari madli أَجارَ dan أغاثَ, mengikuti أَفْعَلَ
Penjelasan :
1. Tidak ada keterangan dari kalangan Ulama’ pada masanya yang mengatakan bahwa Sayyid Ja’far bin Sayyid Hasan bin Sayyid ‘Abdul Karim bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Rasul al-Barzanji adalah musyrik, bahkan kitab Albarzanji disyarahi oleh para Ulama’. Namun ada sekelompok orang yg tdk masyhur sbg ulama’, tp setatusnya hanya sebagai pengekor saja, dengan bangganya mengatakan musyrik kpd beliau dengan hanya mengartikan secara dhohirnya lafadh tanpa adanya pengkajian.
2. Saya tidak membahas persoalan nomer satu karena hal itu berhubungan dengan aqidah. Biarlah mereka mempertanggung jawabkan sendiri karena mereka juga tahu konsekwensi dr tuduhannya jika tidak benar. Namun yang akan saya bahas adalah lafadl2 yang dianggap mengandung kesyirikan oleh sekelompok orang tersebut berdasarkan gramatika arab. Benarkah ada kesyirikan????
Dalam Syi’ir ada huruf Fa’ . Huruf fa’ ini bisa dijadikan huruf jawab atau dijadikan huruf Athof .
1. Huruf jawab dan syaratnya dibuang.
Besok di hari kiamat, Nabi muhammad mempunyai prioritas yakni memberikan syafaat kpd orang beriman yang masuk neraka. Berdasarkan hadits
عن عمران بن حصين - رضي الله عنهما - قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : " يخرج أقوام من النار بشفاعة محمد ، فيدخلون الجنة ويسمون الجهنميين " . رواه البخاري
suatu kaum akan keluar dari neraka dengan syafa'atnya Muhammad saw, lalu mereka masuk kedalam surga dan mereka dinamakan Jahannamiyyin (bekas ahli jahannam) HR. Bukhari.
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله : ((لكل نبي دعوة مستجابة، فتعجل كل نبي دعوته، وإني اختبأت دعوتي شفاعة لأمتي يوم القيامة، فهي نائلة إن شاء الله من مات من أمتي لا يشرك بالله شيئا
“Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, lalu setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan sesungguhnya aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan ke ‘aliman beliau (pengarang Albarzanji) dpt dipastikan mengetahui hadits tsb dengan qorinah يا بشير يا نذير dan يا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Beliau juga rendah diri meskipun beliau terkenal dengan ketaqwaannya kepada Allah, keistiqomahannya dalam beribadah karena beliau tahu bahwasanya amal tidak bisa menjamin untuk masuk surga kecuali dengan ampunan dan rahmatNya. Sehingga beliau tetap mengharap syafaat dari Nabi muhammad yang telah dapat kepastian ampunan dan rahmat dari Allah. Sebagaimana hadits :
عَنْ عَائِشَةَ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لا يُدْخِلُ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ " . قَالُوا : وَلا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : " وَلا أَنَا إِلا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ مِنْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ " . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Aisyah r.a. mendapat dari Rosulullah SAW, Beliau pernah bersabda : Istiqomah/bersungguh2lah kalian, bertaqarublah kalian dan gembirakanlah kalian, sesungguhnya tidak ada amal seorang pun yang bisa menyebabkan masuk surga”. Para sahabat bertanya : “Termasuk engkau juga ya Rosulullah?”. Beliau menjawab : “Aku juga termasuk, hanya saja Allah melimpahkan ampunan dan rahmatNya kepadaku. HR. Bukhori
Dengan adanya dalil diatas, semakin jelas bahwa fa’ dlm syi’ir berikutnya bisa dijadikan jawab dan membuang syarat yang mana arti (makna) dari syarat tsb pantas dengan jawabnya, jika dijabarkan menjadi :
إن كنتُ مدخولا في السعير فأَغِثْنِي وَ أَجِرْني يا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Apabila aku ditakdirkan masuk neraka, maka Tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari neraka
2. Huruf Athof dan ma’thuf ‘alaihnya bisa berupa jumlah fi’liyyah atau ismiyah. Intinya kalimat tsb harus sesuai dengan muqtadlol hal (tuntutan sebenarnya).
a. ma’thuf ‘alaihnya berupa jumlah fi’liyyah dan diambil dari madah(pokok kalimat) yg ada pada jawab, karena salah satu faidah أَفْعَلَ adalah LI WIJDAANI SY-SYAI’ FI SIFATIN (menemukan sesuatu di dalam suatu sifat), contoh:
أَجَرْتُكَ=وَجَدْتُكَ مُجارًا
aku mendapati Engkau Seorang yg selamat/terselamatkan
أَغَثْتُكَ=وَجَدْتُكَ مُغَاثًا
aku mendapati Engkau Seorang yg tertolong
kalau dijabarkan menjadi :
أَغَثْتُكَ وَأَجَرْتُكَ مِنَ السَّعِيْرِ فأَغِثْنِي وَ أَجِرْني يا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Artinya : Saya mendapati Engkau Seorang yang tertolong dan yang selamat/terselamatkan dari neraka, lalu Tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir
b. ma’thuf ‘alaihnya berupa jumlah ismiyah dan diambil dari madah(pokok kalimat) yg ada pada jawab.
kalau dijabarkan menjadi :
أنتَ مُغِيْثٌ و مُجِيْرٌ مِنَ السَّعِيْرِ فأَغِثْنِي وَ أَجِرْني يا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Engkau adalah orang yang bisa menolong dan menyelamatkan dari neraka, lalu Tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir
Kesimpulan :
Berdasarkan penjabaran diatas, sangat jelas bahwa bait/syi’ir Albarzanji tidak ditemukan kesyirikan, baik dari pendapat ulama’ maupun melalui kajian berdasarkan gramatika Arab. Bahkan Bait2 tsb sesuai dengan ayat alqur’an dan hadits. Jadi, bagi mereka yg bersikukuh memusyrikkan pengarang Albarzanji. Mari kita diskusikan dengan ilmiyah dan santun.....
Atau maksud bait tersebut dari sisi lainnya:
Atau maksud bait tersebut dari sisi lainnya:
فأغثني و أجرني يا مجير من السعير
فِي مُلِمَّاتِ اْلأُمُوْرِ يَا غِيَاثِ يَا مَلاَذِ
tolonglah aku dan selamatkanlah aku.Wahai penolongku Tolonglah aku dan selamatkan aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir , wahai tempat berlindungku di dalam segala perkara-perkara yang sulit.”
qashidah tersebut memberikan pengertian bahwa ad-Diba’i menyifati Rasulullah dengan sifat sebagai Mujir (penyelamat), Ghiyats (penolong) dan Maladz (tempat berlidung). Dan hal tersebut dianggap oleh mereka sebagai kata-kata yang menyekutukan Allah. Karena menurut mereka ketiga kata tersebut hanya layak di sematkan pada Allah dan bukan kepada makhluk.
Sebelum mengetahui lebih dalam ketiga kata tersebut, harus difahami posisi antara Khaliq (Dzat pencipta) dan makhluq (yang di ciptakan) sebagai pijakan hukum apakah yang dilakukan oleh seseorang adalah bentuk syirik kepada Allah atau tidak. Allah, sebagai sang Al-Khaliq, adalah Dzat yang dapat memberi manfaat dan madharat, sementara makhluk tidak mempunyai daya apa-apa untuk memberikan manfaat atau madharat kepada orang lain. Begitu juga, Allah al-Khaliq, dapat memberi petunjuk atau hidayah kepada makhluk, namun makhluk sebagai hamba lemah tidak dapat melakukannya. Hal ini yang dii’tiqadkan oleh segenap pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah.Manusia, termasuk Rasulullah dan lain-lain yang di sifati dengan kata mujir, ghauts dan maladz (semua mempunyai makna memberikan pertolongan atau perlindungan) adalah dalam kapasitas sebagai makhluk dan bukan sebagai Tuhan, Sang Khaliq Yang Maha Segalanya. Jadi, ada sekat jelas antara maqam (kedudukan) khaliq dan maqam makhluq.
Kata Maladz artinya, Rasulullah merupakan ghiyats bagi orang-orang yang meminta perlindungan atau menjadi tempat berlindung saat Allah sedang murka. Pengertian kata ini juga sama dengan 2 kata di atas, artinya Rasulullah mampu melindungi sekedar kapasitas kemampuan beliau. Termasuk perlindungan Rasulullah di akhirat adalah ketika para makhluk merasa keberatan dan kepanasan di padang makhsyar, yaitu supaya semua makhluk sesegera mungkin dihisab oleh Allah (syafa‘atul ‘uzhma atau maqam mahmud).Dalam sebuah hadits shahih riwayat al-Bukhari, dalam Shahih-nya:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ وَقَالَ إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya matahari pada Hari Kiamat telah dekat sehingga keringat manusia akan mencapai separuh telinga. Pada saat itu mereka meminta tolong (ghauts)kepada Adam, kemudian kepada Musa, dan terakhir kepada Muhammad Saw.”
Itulah jawaban yang harus disampaikan, karena ucapan para penyair yang menulis qashidah mada’ih an-nabawiyyah (puji-pujian Nabi) seperti al-Barzanji, ad-Diba’i dan al-Bushiri dalam al-Burdah adalah sudah benar adanya dan tidak menyelisih dari ajaran Rasulullah. Selain itu, mereka juga muslim taat yang sangat berhati-hati dan menghindari hal-hal yang berbau syubhat dan syirik. Apakah penyair-penyair di atas sedemikian bodoh dan hina di mata mereka?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar