Berdaya Ledak 180 Bom Atom
MOSKOW - Banyak pertanyaan, apakah meteor yang meledak di langit Rusia, Jumat (15/2) pagi, bagian dari asteroid raksasa yang mendekati Bumi?
Sabtu (16/2) dini hari atau beberapa jam pascafenomena meteor itu, Asteroid 2012 DA14 menembus bagian dalam cincin satelit cuaca dan telekomunikasi Bumi. Benda luar angkasa berukuran raksasa itu juga melintas pada ketinggian
17.500 mil di atas Indonesia.
Andai asteroid itu menabrak Bumi, musibah besar akan terjadi. Betapa tidak, meteor yang meledak dan serpihannya menghujani Rusia, ukurannya jauh lebih kecil dari asteroid. Itu pun mengakibatkan sedikitnya 1.200 orang luka-luka dan merusak ribuan bangunan.
Sekali lagi, adakah keterkaitan keduanya? Mengutip Reuters, ilmuwan badan antariksa Amerika Serikat (AS) NASA, Paul Choda mengatakan tidak ada keterkaitan. “Dua kejadian itu kebetulan hampir bersamaan,” tegas dia.
Asteroid 2012 DA14 melewati Bumi dengan kecepatan delapan mil per detik. Ukurannya memang tidak sebesar asteroid yang menyebabkan kepunahan dinosaurus, Chicxulub Asteroid. Namun, ia tetap dapat menimbulkan kerusakan serius.
Kerusakan terjadi akibat ledakan asteroid di udara yang disebabkan gesekan asteroid dengan atmosfer bumi. Gesekan tersebut menyebabkan batu angkasa menjadi sangat panas lalu meledak. Ledakan yang hebat menciptakan embusan angin dan gas panas yang intens, yang mampu menghancurkan seluruh materi organik di daratan.
Sabtu (16/2) dini hari atau beberapa jam pascafenomena meteor itu, Asteroid 2012 DA14 menembus bagian dalam cincin satelit cuaca dan telekomunikasi Bumi. Benda luar angkasa berukuran raksasa itu juga melintas pada ketinggian
17.500 mil di atas Indonesia.
Andai asteroid itu menabrak Bumi, musibah besar akan terjadi. Betapa tidak, meteor yang meledak dan serpihannya menghujani Rusia, ukurannya jauh lebih kecil dari asteroid. Itu pun mengakibatkan sedikitnya 1.200 orang luka-luka dan merusak ribuan bangunan.
Sekali lagi, adakah keterkaitan keduanya? Mengutip Reuters, ilmuwan badan antariksa Amerika Serikat (AS) NASA, Paul Choda mengatakan tidak ada keterkaitan. “Dua kejadian itu kebetulan hampir bersamaan,” tegas dia.
Asteroid 2012 DA14 melewati Bumi dengan kecepatan delapan mil per detik. Ukurannya memang tidak sebesar asteroid yang menyebabkan kepunahan dinosaurus, Chicxulub Asteroid. Namun, ia tetap dapat menimbulkan kerusakan serius.
Kerusakan terjadi akibat ledakan asteroid di udara yang disebabkan gesekan asteroid dengan atmosfer bumi. Gesekan tersebut menyebabkan batu angkasa menjadi sangat panas lalu meledak. Ledakan yang hebat menciptakan embusan angin dan gas panas yang intens, yang mampu menghancurkan seluruh materi organik di daratan.
Hal tersebut pernah terjadi di Sungai Tunguska, Siberia, pada 1908 oleh asteroid yang besarnya diperkirakan sama dengan Asteroid 2012 DA14.
“Bila asteroid sebesar itu menghantam Bumi, ia bisa menghasilkan energi ledakan setara 2,4 juta ton ledakan TNT, 180 kali lebih kuat dari kekuatan ledakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima, Jepang, 1945 silam,” kata astronom NASA, Don Yeomans.
“Untung tidak menabrak Bumi. Jika terjadi, kita tidak bisa apa-apa selain melakukan evakuasi setelah kejadian. Itu pun tidak mudah karena kawasan yang terkena bisa di mana-mana,” lanjut dia.
Sedangkan meteor yang meledak di Rusia, beratnya diperkirakan 10 ton. Daya ledaknya ‘hanya’ 20 kali bom atom tersebut.
Meskipun lebih kecil, meledak dan jatuhnya meteor membuat panik sekitar 1 juta warga Kota Chelyabinsk, sekitar 900 mil di timur Ibu Kota Rusia, Moskow.
“Itu adalah bola api terbesar yang jatuh ke bumi dalam rentang satu abad terakhir,” ucap Yeomans.
Menurut seorang warga setempat, Igor Chudnovsky, kejadian itu seperti adegan di film. “Saya terbangun karena ada ledakan keras. Rasanya, seluruh gedung apartemen saya terlempar. Saya melihat cahaya, seperti ledakan nuklir, seperti yang saya lihat di film-fim dokumenter,” kata dia.
Tabrak Bumi
Setiap saat ada jutaan batu angkasa berputar mengelilingi Matahari. Beberapa di antaranya memiliki lintasan yang dekat dengan orbit Bumi. Banyak orang tak tahu, dalam lima tahun terakhir, ada beberapa asteroid yang menabrak Bumi.
Lima tahun lalu misalnya. Asteroid 2008 TC3 tiba-tiba terlihat di teleskop di Arizona, AS. Penghitungan memperkirakan tabrakan terjadi 20 jam kemudian. Berita ini cepat menyebar di kalangan ilmuwan antariksa. Mereka sibuk ‘menghitung’ lokasi jatuhnya.
Untung saja, asteroid berdiameter lima meter itu terbakar di atas Gurun Nubian, Sudan. Serpihan asteroid dikumpulkan beberapa tahun setelahnya. “Sempat terjadi keributan, tabrakan itu harus diumumkan atau tidak,” ujar dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Dermawan.
Setahun berselang, pada 8 Oktober 2009, asteroid kembali hendak menghujam Bumi. Kali ini batu angkasa berdiameter 10 meluncur deras menuju Indonesia bagian timur.
Tanpa sempat terdeteksi, batu ini meledak di udara, didahului munculnya bola api. Kesaksian warga menunjukkan batu tersebut meledak di atas Teluk Bone. Warga juga merasakan gempa setelah ledakan itu.
Para ahli memperkirakan ledakan asteroid kecil tersebut setara dua kali bom atom di Nagasaki, Jepang, pada Perang Dunia Kedua.
Dari dua kejadian tabrakan terakhir, keberhasilan astronom melihat asteroid 2012 DA14 bisa saja dianggap sebagai keberuntungan karena terpantau setahun sebelumnya.
Banyaknya asteroid kecil yang belum terlihat dan bisa kapan saja menyambangi Bumi membuat kedatangan asteroid 2012 DA14 sebagai peringatan untuk berwaspada. “Ancaman tabrakan selalu ada setiap tahun,” kata Budi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar