Sejarah
Hidup Enam Tokoh Penghimpun Hadits (2)
Keutamaan
dan Keistimewaan Imam Bukhari
Kerana
kemasyhurannya sebagai seorang alim yang super jenius, sangat banyak muridnya
yang belajar dan mendengar langsung hadithnya dari dia. Tak dapat dihitung
dengan pasti berapa jumlah orang yang meriwayatkan hadith dari Imam Bukhari,
sehingga ada yang berpendapat bahawa kitab Shahih Bukhari didengar secara
langsung dari dia oleh sembilan puluh ribu (90.000) orang (Muqaddimah
Fathul-Bari, jilid 22, hal. 204). Di antara sekian banyak muridnya yang paling
menonjol adalah Muslim bin al-Hajjaj, Tirmidzi, Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibn Abu
Dawud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim bin Ma'qil al-Nasafi, Hammad bin
Syakr al-Nasawi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi. Empat orang yang terakhir
ini merupakan yang paling masyhur sebagai perawi kitab Shahih Bukhari.
Dalam bidang
kekuatan hafalan, ketazaman pikiran dan pengetahuan para perawi hadith, juga
dalam bidang ilat-ilat hadith, Imam Bukhari merupakan salah satu tanda kekuasaan
(ayat) dan kebesaran Allah di muka bumi ini. Allah telah mempercayakan kepada
Bukhari dan para pemuka dan penghimpun hadith lainnya, untuk menghafal dan
menjaga sunah-sunah Nabi kita Muhammad SAW. Diriwayatkan, bahawa Imam Bukhari
berkata: "Saya hafal hadith di luar kepala sebanyak 100.000 buah hadith
shahih, dan 200.000 hadith yang tidak shahih."
Mengenai kejeniusan Imam Bukhari dapat dibuktikan pada kisah berikut.
Ketika ia tiba di Baghdad, ahli-ahli hadith di sana berkumpul untuk menguji
kemampuan dan kepintarannya. Mereka mengambil 100 buah hadith, lalu mereka
tukar-tukarkan sanad dan matannya (diputar balikkan), matan hadith ini diberi
sanad hadith lain dan sanad hadith lain dinbuat untuk matan hadith yang lain
pula. 10 orang ulama tampil dan masing-masing mengajukan pertanyaan sebanyak 10
pertanyaan tentang hadith yang telah diputarbalikkan tersebut. Orang pertama
tampil dengan mengajukan sepuluh buah hadith kepada Bukhari, dan setiap orang
itu selesai menyebutkan sebuah hadith, Imam Bukhari menjawab dengan tegas:
"Saya tidak tahu hadith yang Anda sebutkan ini." Ia tetap memberikan
jawaban serupa sampai kepada penanya yang ke sepuluh, yang masing-masing
mengajukan sepuluh pertanyaan. Di antara hadirin yang tidak mengerti,
memastikan bahawa Imam Bukhari tidak akan mungkin mampu menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan itu, sedangkan para ulama berkata satu kepada yang
lainnya: "Orang ini mengetahui apa yang sebenarnya."
Setelah 10 orang semuanya selesai mengajukan semua pertanyaannya yang jumlahnya
100 pertanyaan tadi, kemudian Imam Bukhari melihat kepada penanya yang pertama
dan berkata: "Hadith pertama yang anda kemukakan isnadnya yang benar
adalah begini; hadith kedua isnadnya yang benar adalah beginii…"
Begitulah Imam Bukhari menjawab semua pertanyaan satu demi satu hingga
selesai menyebutkan sepuluh hadith. Kemudian ia menoleh kepada penanya yang
kedua, sampai menjawab dengan selesai kemudian menoleh kepada penanya yang
ketiga sampai menjawab semua pertanyaan dengan selesai sampai pada penanya yang
ke sepuluh sampai selesai. Imam Bukhari menyebutkan satu persatu hadith-hadith
yang sebenarnya dengan cermat dan tidak ada satupun dan sedikitpun yang salah
dengan jawaban yang urut sesuai dengan sepuluh orang tadi mengeluarkan urutan
pertanyaanya. Maka para ulama Baghdad tidak dapat berbuat lain, selain
menyatakan kekagumannya kepada Imam Bukhari akan kekuatan daya hafal dan
kecemerlangan pikirannya, serta mengakuinya sebagai "Imam" dalam
bidang hadith.
Sebahagian hadirin memberikan komentar terhadap "uji cuba
kemampuan" yang menegangkan ini, ia berkata: "Yang mengagumkan,
bukanlah kerana Bukhari mampu memberikan jawaban secara benar, tetapi yang
benar-benar sangat mengagumkan ialah kemampuannya dalam menyebutkan semua
hadith yang sudah diputarbalikkan itu secara berurutan persis seperti urutan
yang dikemukakan oleh 10 orang penguji, padahal ia hanya mendengar
pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu hanya satu kali."Jadi banyak pemirsa
yang hairan dengan kemampuan Imam Bukhari mengemukakan 100 buah hadith secara
berurutan seperti urutannya si penanya mengeluarkan pertanyaannya padahal
beliau hanya mendengarnya satu kali, ditambah lagi beliau membetulkan rawi-rawi
yang telah diputarbalikkan, ini sungguh luar biasa.
Imam Bukhari pernah berkata: "Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah
hadith pun juga yang diterima dari para sahabat dan tabi'in, melainkan saya
mengetahui tarikh kelahiran sebahagian besar mereka, hari wafat dan tempat
tinggalnya. Demikian juga saya tidak meriwayatkan hadith sahabat dan tabi'in,
yakni hadith-hadith mauquf, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Kitabullah
dan sunah Rasulullah SAW."
Dengan kedudukannya dalam ilmu dan kekuatan hafalannya Imam Bukhari
sebagaimana telah disebutkan, wajarlah jika semua guru, kawan dan generasi
sesudahnya memberikan pujian kepadanya. Seorang bertanya kepada Qutaibah bin
Sa'id tentang Imam Bukhari, ketika menyatakan : "Wahai para penenya, saya
sudah banyak mempelajari hadith dan pendapat, juga sudah sering duduk bersama
dengan para ahli fiqh, ahli ibadah dan para ahli zuhud; namun saya belum pernah
menjumpai orang begitu cerdas dan pandai seperti Muhammad bin Isma'il
al-Bukhari."
Imam al-A'immah (pemimpin para imam) Abu Bakar ibn Khuzaimah telah
memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong
langit ini tidak ada orang yang mengetahui hadith, yang melebihi Muhammad bin
Isma'il." Demikian pula semua temannya memberikan pujian. Abu Hatim
ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang
hafal hadith melebihi Muhammad bin Isma'il; juga belum pernah ada orang yang
pergi dari kota tersebut menuju Iraq yang melebihi kealimannya."
Al-Hakim menceritakan, dengan sanad lengkap. Bahawa Muslim (pengarang kitab
Shahih), datang kepada Imam Bukhari, lalu mencium antara kedua matanya dan
berkata: "Biarkan saya mencium kaki tuan, wahai maha guru, pemimpin para
ahli hadith dan dokter ahli penyakit (ilat) hadith." Mengenai
sanjungan diberikan ulama generasi sesudahnya, cukup terwakili oleh perkataan
al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan
kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua
kertas dan nafas. Ia bagaikan laut tak bertepi."
Imam Bukhari adalah seorang yang berbadan kurus, berperawakan sedang, tidak
terlalu tinggi juga tidak pendek; kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali
makan. Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan
cinta akhirat. Banyak hartanya yang disedekahkan baik secara sembunyi maupun
terang-terangan, lebih-lebih untuk kepentingan pendidikan dan para pelajar.
Kepada para pelajar ia memberikan bantuan dana yang cukup besar. Diceritakan ia
pernah berkata: "Setiap bulan, saya berpenghasilan 500 dirham,semuanya
dibelanjakan untuk kepentingan pendidikan. Sebab, apa yang ada di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal."
Imam Bukhari sangat hati-hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari
kebenaran yang hakiki di saat mengkritik para perawi. Terhadap perawi yang
sudah jelas-jelas diketahui kebohongannya, ia cukup berkata: "Perlu
dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam diri
tentangnya." Perkataan yang tegas tentang para perawi yang tercela ialah:
"Hadithnya diingkari."
Meskipun ia sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak
meninggalkan hadith yang diriwayatkan seseorang hanya kerana orang itu
diragukan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahawa ia berkata: "Saya
meninggalkan 10.000 hadith yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu
dipertimbangkan, dan meninggalkan pula jumlah yang sama atau lebih, yang
diriwayatkan perawi yang dalam pandanganku, perlu dipertimbangkan."
Selain dikenal sebagai ahli hadith, Imam Bukhari juga sebenarnya adalah
ahli dalam fiqh. Dalam hal mengeluarkan fatwa, ia telah sampai pada darjat
mujtahid mustaqiil (bebas, tidak terikat pendapatnya pada madzhab-madzhab
tertentu) atau dapat mengeluarkan hukum secara sendirian. Dia mempunyai
pendapat-pendapat hukum yang digalinya sendiri. Pendapat-pendapatnya itu
terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah, terkadang sesuai dengan Madzhab
Syafi'i dan kadang-kadang berbeda dengan keduanya. Selain itu pada suatu saat
ia memilih madzhab Ibn Abbas, dan disaat lain memilih madzhab Mujahid dan 'Ata
dan sebagainya. Jadi kesimpulannya adalah Imam Bukhari adalah seorang ahli
hadith yang ulung dan ahli fiqh yg berijtihad sendiri, kendatipun yang lebih
menonjol adalah setatusnya sebagai ahli hadith, bukan sebagai ahli fiqh.
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang alim, ia juga tidak melupakan
kegiatan lain yang dianggap penting untuk menegakkan Dinul Islam. Imam Bukhari
sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan bahawa sepanjang
hidupnya, ia tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan
itu timbul sebagai pengamalan sunah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum
Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya. Tujuannya
adalah untuk memerangi musuh-musuh Islam dan mempertahankannya dari kejahatan
mereka.
Karya-karya Imam Bukhari
Di antara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
·
Al-Jami' as-Shahih (Shahih Bukhari).
·
Al-Adab al-Mufrad.
·
At-Tarikh as-Sagir.
·
At-Tarikh al-Awsat.
·
At-Tarikh al-Kabir.
·
At-Tafsir al-Kabir.
·
Al-Musnad al-Kabir.
·
Kitab al-'Ilal.
·
Raf'ul-Yadain fis-Salah.
·
Birril-Walidain.
·
Kitab al-Asyribah.
·
Al-Qira'ah Khalf al-Imam.
·
Kitab ad-Du'afa.
·
Asami as-Sahabah.
·
Kitab al-Kuna.
Sekilas
Tentang Kitab AL-JAMI' AS-SHAHIH (Shahih Bukhari)
Diceritakan,
Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah
aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk
menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebahagian ahli ta'bir, ia
menjelaskan bahawa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari
hadith Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' as-Shahih."
Dalam
menghimpun hadith-hadith shahih dalam kitabnya, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah
penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadith-hadithnya
dapat dipertanggungjawabkan. Beliau telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti
keshahihan hadith-hadith yang diriwayatkannya. Beliau senantiasa
membanding-bandingkan hadith-hadith yang diriwayatkan, satu dengan yang lain,
menyaringnya dan memlih has mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga
kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadith-hadith tersebut. Hal ini
tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al-Jami' ini yang dipilih
dari 600.000 hadith selama 16 tahun." Dan beliau juga sangat hati-hati,
hal ini dapat dilihat dari pengakuan salah seorang muridnya bernama al-Firbari
menjelaskan bahawa ia mendengar Muhammad bin Isma'il al-Bukhari berkata:
"Aku susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, dan tidaklah
aku memasukkan ke dalamnya sebuah hadith pun, kecuali sesudah aku memohonkan
istikharoh kepada Allah dengan melakukan salat dua rekaat dan sesudah aku
meyakini betul bahawa hadith itu benar-benar shahih."
Maksud
pernyataan itu ialah bahawa Imam Bukhari mulai menyusun bab-babnya dan
dasar-dasarnya di Masjidil Haram secara sistematis, kemudian menulis
pendahuluan dan pokok-pokok bahasannya di Rawdah tempat di antara makan Nabi
SAW. dan mimbar. Setelah itu, ia mengumpulkan hadith-hadith dan menempatkannya
pada bab-bab yang sesuai. Pekerjaan ini dilakukan di Mekah, Madinah dengan
tekun dan cermat, menyusunnya selama 16 tahun.
Dengan usaha
seperti itu, maka lengkaplah bagi kitab tersebut segala faktor yang
menyebabkannya mencapai kebenaran, yang nilainya tidak terdapat pada kitab
lain. Kerananya tidak menghairankan bila kitab itu mempunyai kedudukan tinggi
dalam hati para ulama. Maka sungguh tepatlah ia mendapat predikat sebagai
"Buku Hadith Nabi yang Paling Shahih."
Diriwayatkan
bahawa Imam Bukhari berkata: "Tidaklah ku masukkan ke dalam kitab Al-Jami'
as-Shahih ini kecuali hadith-hadith yang shahih; dan ku tinggalkan banyak
hadith shahih kerana khawatir membosankan."
Kesimpulan
yang diperoleh para ulama, setelah mengadakan penelitian secara cermat terhadap
kitabnya, menyatakan bahawa Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya selalu
berpegang teguh pada tingkat keshahihan yang paling tinggi, dan tidak turun
dari tingkat tersebut kecuali dalam beberapa hadith yang bukan merupakan materi
pokok dari sebuah bab, seperti hadith mutabi dan hadith syahid, dan
hadith-hadith yang diriwayatkan dari sahabat dan tabi'in.
Jumlah Hadith Kitab
Al-Jami'as-Shahih (Shahih Bukhari)
Al-'Allamah
Ibnus-Salah dalam Muqaddimah-nya menyebutkan, bahawa jumlah hadith Shahih
Bukhari sebanyak 7.275 buah hadith, termasuk hadith-hadith yang disebutnya
berulang, atau sebanyak 4.000 hadith tanpa pengulangan. Perhitungan ini diikuti
oleh Al-"Allamah Syaikh Muhyiddin an-Nawawi dalam kitabnya, At-Taqrib.
Selain
pendapat tersebut di atas, Ibn Hajar di dalam muqaddimah Fathul-Bari, kitab
syarah Shahih Bukhari, menyebutkan, bahawa semua hadith shahih mawsil yang termuat
dalam Shahih Bukhari tanpa hadith yang disebutnya berulang sebanyak 2.602 buah
hadith. Sedangkan matan hadith yang mu'alaq namun marfu', yakni hadith shahih
namun tidak diwasalkan (tidak disebutkan sanadnya secara sambung-menyambung)
pada tempat lain sebanyak 159 hadith. Semua hadith Shahih Bukhari termasuk
hadith yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397 buah. Yang mu'alaq
sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi' sebanyak 344 buah hadith. Jadi,
berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya
sebanyak 9.082 buah hadith. Jumlah ini diluar haits yang mauquf kepada sahabat
dan (perkataan) yang diriwayatkan dari tabi'in dan ulama-ulama sesudahnya.
Sumber:
Kitab Hadith Shahih yg Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah
Imam Muslim
Penghimpun
dan penyusun hadith terbaik kedua setelah Imam Bukhari adalah Imam Muslim. Nama
lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz
al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia juga mengarang kitab As-Shahih (terkenal
dengan Shahih Muslim). Ia salah seorang ulama terkemuka yang namanya tetap
dikenal hingga kini. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. menurut
pendapat yang shahih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam
kitabnya 'Ulama'ul-Amsar.
Kehidupan dan Lawatannya untuk Mencari Ilmu
Ia belajar hadith sejak masih dalam usia dini, yaitu mulaii tahun 218 H. Ia
pergi ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.
Dalam lawatannya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk
berguru hadith kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya
dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu
'Ansan. Di Irak ia belajar hadith kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin
Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas'Abuzar; di Mesir
berguru kepada 'Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli
hadith yang lain.
Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama
ahli hadith, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. di waktu Imam Bukhari
datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia
mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara
Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi
sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Shahihnya maupun dalam
kitab lainnya, tidak memasukkan hadith-hadith yang diterima dari Az-Zihli
padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak
meriwayatkan hadith dalam Shahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal
iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah
tidak memasukkan ke dalan Shahihnya hadith-hadith yang diterima dari kedua
gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.
Wafatnya
Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia
55 tahun.
Guru-gurunya
Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama
yang menjadi gurunya. Di antaranya : Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu
Syaibah; Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid,
Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa'id al-Ayli, Qutaibah
bin Sa'id dan lain sebagainya.
Keahlian dalam Hadith
Apabila Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadith shahih,
berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadith, serta tajam
kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam
ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya.
Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli
hadith maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi berketa, "Muslim telah
mengikuti jejak Bukhari, memperhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang
dilaluinya." Pernyataan ini tidak bererti bahawa Muslim hanyalah seorang
pengekor. Sebab, ia mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun
kitab, serta metode baru yang belum pernah diperkenalkan orang sebelumnya.
Abu Quraisy al-Hafiz menyatakan bahawa di dunia ini orang yang benar-benar
ahli di bidang hadith hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim
(Tazkiratul Huffaz, jilid 2, hal. 150). Maksud perkataan tersebut adalah
ahli-ahli hadith terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy, sebab ahli hadith
itu cukup banyak jumlahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar