Asal Wanita Dari Tulang Rusuk Pria
Benar Fakta atau Mitos
“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang
rusuk yang bengkok, jika kalian mencoba meluruskannya ia akan patah. Tetapi,
jika kalian membiarkannya maka kalian akan menikmatinya dengan tetap dalam
keadaan bengkok.”(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dari sahabat
Abu Hurairah).
Sepintas, saya langsung yakin
atas kebenaran hadits ini. Barangkali juga Anda. hadis itu dinilai dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tapi, coba cermati lebih dalam; betulkah
asal-usul penciptaan perempuan itu dari tulang rusuk laki-laki? Benarkah Islam
membeda-bedakan asal-usul kejadian manusia, sehingga perempuan dianggap sebagai
mahkluk nomor dua (sekadar pendamping)? Lalu, bagaimana sebenarnya Alquran
memandang asal-usul kejadian manusia?
Alquran sama sekali tidak pernah
menyebutkan, soal tulang rusuk itu. Dengan gamlang, ia menegaskan bahwa
laki-laki dan perempuan itu sama-sama dicipta dari sumber yang satu (nafsu
wahidah).
Coba simak, firman Allah berikut
ini;
Artinya; “Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dari “diri” yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah pada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu (Q.s an-Nisa’;1).
Kata nafs wahidah dalam ayat ini
secara umum bermakna satu diri. Sebagian ulama ada yang memaknainya sebagai
diri adam, oleh karena itu, laki-laki. Sehingga, banyak orang yang mengatakan
bahwa Adam itu sebagai manusia pertama dicipta tanpa ayah dan ibu. Dibuat di
surga sana. Lalu, diciptakan istrinya dari tulang rusuknya untuk menemaninya.
Padahal, kalau kita telaah, kata nafs itu sendiri bersifat umum, sama sekali
tidak menunjuk arti laki-laki maupun perempuan.
Menurut Amina Wadud, pakar tafsir
modern, tidak terdapat kejelasan bahwa nafs—jika ditilik dari akar katanya
sebenarnya berbentuk muanas(feminin)—adalah lelaki (Adam) dan zawj-nya—jika
ditilik dari akar katanya sebenarnya berbentuk mudzakar (maskulin)—adalah
perempuan Hawa. Bahkan, tandas Amina Wadud, Allah tidak pernah berencana untuk
memulai penciptaan manusia dengan seorang laki-laki. Untuk itu, Alquran tidak
pernah menyebutkan bahwa Allah memulai penciptaan manusia itu dari "nafs
manusia". Alquran hanya menyebutkan bahwa manusia itu dicipta dari satu
diri, nafs wahidah.
Lalu, siapakah nafs wahidah itu?
Dalam Alquran, nafs dan jamaknya,
anfus dan nufus, diartikan sebagai "jiwa" (soul)
"pribadi"(person), diri,"(self),"hidup"(life),
"hati" (heart) atau "pikiran"(mind), disamping dipakai
untuk beberapa arti lainnya. Sementara kata nafsu dalam Q.s An-nisa'; 1,
Al-an'am;98, dan Al-a'raf;189 itu bermakna jiwa (soul). Kata nafs dalam
filsafat dan tasawuf Islam telah berkembang menjadi konsep bahwa ia adalah
suatu subtansi yang terpisah dari jasmani. Jiwa, dirtikan "diri" atau
batin manusia. Dengan perkataan lain, jiwa adalah roh yang telah mempribadi,
setelah masuk ke dalam tubuh (yang akan menjadi) manusia.
Jiwa itulah yang kemudian menjadi
benih kemanusian yang ditempatkan Tuhan dalam raga manusia Adam. Yang berupa
adam lelaki dan adam perempuan. Adam lelaki dikenal dalam kitab-kitab suci
sebagai Adam. Sedangkan dalam Alquran Adam perempuan hanya disebut Nyonya Adam,
atau istrinya. Dalam Bibel disebut "Eva" atau Hawa. Jelas dalam
Alquran tak ada pernyataan "istrinya yang bernama Hawa itu berasal dari diri
Adam." Juga tak ada ayat yang menyebut bahwa istri Adam berasal dari
tulang rusuk Adam.
Penafsiran seperti itu hanyalah
sebuah mitos yang ada pada kitab sebelum Alquran. Cerita-cerita itu ternyata
banyak dipengaruhi oleh kisah-kisah israilliyat, riwayat-riwayat yang bersumber
dari kitab Taurat (kitab suci agama Yahudi), dan Injil dalam perjanjian lama
(kejadian 11; 21) Bahkan, Fatima Mernissi, seorang ilmuan perempuan terkemuka
pun, meragukan perawi hadis itu, Abu Hurairah, meski kualitas hadis itu dinyatakan
hadis sahih. Pasalnya, Abu Hurairah mempunyai latar belakang yang anti pati
terhadap perempuan.
Jelaslah, hadis itu bertentangan
dengan pandangan Quran. Oleh karena itu, untuk memahami hadis itu, sebagian
ulama ada yang mengartikan secara majazi atau metafor.
Artinya, hendaklah laki-laki atau
suami bertindak bijakasana, sebaik mungkin, bersikap ma’ruf, dan penuh
kesabaran terhadap perempuan. Karena, mereka menganggap bahwa ada karakter, dan
kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki. Dan jika itu tidak disadari
akan dapat menghantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Maka, hadis
diatas, tidak tepat jika di artikan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk
Adam, yang kemudian dijadikan penjelas untuk menafsirkan surat an-Nisa’ ayat 1.
Sebab, secara harfiah dalam hadis tersebut tidak ada kata “Hawa” dan “Adam”.
Lalu siapakah Adam itu? Secara
bahasa, adam itu berasal dari bahasa Ibrani. Ia berasal dari kata adamus yang
berarti tanah. Kata, Annimarie schimmel, seorang sufi Jerman, ia adalah simbol
atau protitipe manusia yang berkesadaran. Ia bisa laki-laki dan perempuan. Nah,
kalau begitu, bagaimana proses asal muasal kejadian manusia pertama di bumi
ini?
Alquran memang tidak secara
gamlang menjelaskan proses penciptaan manusia pertama. Alquran hanya
menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna
kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepada Ruh ciptaan-Nya.
Artinya; "Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada malaikat; Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiaanya dan Kutiupkan
kepadanya Roh (ciptaan)Ku; maka hendaklan kamu bersujud
kepadanya.(Q,s.Shad;71-72).
Dalam proses penciptaannya, Quran
hanya menggambarkannya bahwa manusia diciptakan tanah dengan "kedua
tangan-Nya".
Artinya; "Allah berfirman;
"Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah
Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataulah kamu
merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?" (Q.s Shaad;75).
Tapi, Anda jangan membanyangkan
bahwa Tuhan menciptakan Adam dengan mengeplek-ngeplek tanah dengan kedua
tangan-Nya. Karena, Tuhan bukan itu bukan orang, lho! Dia tak bisa dilihat
dengan kasat mata. Menurut Ahmad Chodjim, dalam buku Membangun Surga, Tuhan
menciptakan manusia pertama di dunia ini perlu milyaran tahun. Setelah menjadi
manusia pertama pun masih perlu waktu jutaan tahun agar menjadi manusia Adam.
Untuk itu, Adam sebenarnya bukan manusia penghuni pertama di bumi ini.
Lho kok bisa? Coba kita
perhatikan ayat Qu'ran yang berkaitan dengan Adam!
Dalam Quran, kata adam disebut
dua kali dalam surat Al’Araf;11 dan Ali Imran;33. Kata adam dalam surat Al’araf
bermakna panggilan seluruh manusia, bersifat umum. Sementara, dalam surat Ali
imran, kata adam bermakna sebagai nama diri, bersifat khusus. Dari segi
penurunan, surat Al’araf lebih dulu turunnya dari surat Ali imran. Ini
menujukkan bahwa sebutan Adam pertama kali itu digunakan untuk penyebutan umat
manusia seluruhnya. Setelah itu, baru adam sebagai nama diri. “Adam , Nuh, keluarga
Imron telah dipilih Tuhan sebagai manusia unggul dimasanya masing-masing. (Qs.
3;33) ” Artinya di masa adam itu sudah banyak orang.
Selain itu, kita juga bisa teliti
ayat ketika Tuhan hendak menunjuk Adam sebagai wakil-Nya di bumi ini.
Tuhan meminta para malaikat dan
iblis menghadap-Nya. Lalu, Tuhan berfirman,“ Hai kalian semua, ketahuilah bahwa
Aku akan menempatkan wakil-Ku di bumi. Para malaikat terkejut. Karena yang
menjadi wakil-Nya ternyata manusia. Bukan mereka yang biasa menyucikan dan memuji-Nya.
Malaikat pun protes, mengapa manusia yang senang melakukan kerusakan di bumi,
saling menumpahkan darah, kok diangkat sebagai wakil-Nya.
Kisah itu bisa kita lihat pada
Q.s. Albaqarah;30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat;”
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka
berkata; “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman;
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kau ketahui.
Nah, jika saat itu Adam sebagai
satu-satunya manusia tidak mungkin malaikat berkata bahwa manusia itu senang
melakukan kerusakan di bumi. Juga tidak mungkin malaikat akan berkata bahwa
manusia itu saling menumpahkan darah. Seperti saat ini, manusia suka merusak
lingkungan hidupnya.Manusia saling berperang.Membunuh sesamanya. Lalu, dari
mana malaikat itu tahu? Pasti bukan meramal. Protes mereka pasti berdasarkan
fakta, bahwa saat itu sudah ada kehidupan manusia yang suka melakukan
kerusakan. Tapi, malaikat tidak tahu jika ada manusia yang layak menjadi wakil
Tuhan. Malaikat melakukan generalisai. Menganggap semua manusia itu sama.
Nyatanya ada satu orang yang layak dipilih sebagai Khalifah-Nya. Orang inilah
yang kelak disebut “Adam”. Manusia yang beradab dan berbudaya. Manusia yang
dipilih Tuhan sebagai khalifah pertama