Imperium perpolitikan Indonesia
sekarang ini dipenuhi oleh muka-muka yang sungguh tidak asing bagi setiap
masyarakat yang memiliki televisi dirumahnya, namun bukan berarti mereka yang
tidak mempunyai televisi dirumahnya lepas dari wajah-wajah yang sungguh
familiar tersebut, dikoran maupun majalah selalu menonjolkan wajah-wajah ayu
dan ganteng mereka. Stasiun televisi swasta di Indonesia yang selalu melahirkan
wajah-wajah baru untuk dikenalkan ke masyarakat lewat tayangan sinetron yang
menjadi trend utama pada saat sekarang ini sampailah kepada berbagai iklan
produk yang dikomersilkan kepada masyarakat membuat popularitas mereka makin
tinggi sehingga ini menjadi nilai tambahan bagi mereka untuk menarik suara
masyarakat yang mayoritas telah mengidolakan mereka untuk membawa mereka dalam
imperium perpolitikan Indonesia. Politik adalah pendapatan sampingan yang dapat
mengantarkan mereka pada level kejayaan yang lebih tinggi, politik adalah
sebuah alat yang dapat menaikkan lagi popularitas diri yang mulai redup dan
politik di jadikan tempat reuni antar golongan atas dan golongan elit
Kenderaan politik ditanah air ini seolah bangga dengan
kader-kader mereka dari kalangan artis tersebut, demi mencapai kepentingan
politik dan menaikkan popularitas partai politik, parpol bahka mengusung mereka
menjadi pemimpin kepala daerah ataupun wakil kepala daerah, parpol tidak hanya
memberikan kesempatan menjadi kendraan saat mencapai kursi wakil rakyat dan
mungkin suatu saat kita melihat kalau salah satu dari mereka menjadi pemimpin
Indonesia ini sehingga mereka sangat senang jika para politikus artis tersebut
bergabung dengan kenderaan politik mereka yang dalam hal ini dapat menarik
simpati masyarakat yang telah mengidolakan artisnya tersebut sehingga sampai
dalam memberikan suara pada saat pemilihan dengan tanpa ragu dan pikir panjang
masyarakat dengan senang hati menjatuhkan pilihan kepada mereka yang
mengantarkan para artis dalam imperium perpolitikan Indonesia. Masyarakat kita
ditipu oleh muslihat dan janji-janji palsu penghias kata-kata dan kalimat manis
yang keluar dari mulut mereka atau masyarakat kita yang terlalu bodoh untuk
menentuka siapa yang layak dipilih dan mewakili suara kita? Mau dibawa kemana
negara Indonesia ini dan mau dijadikan seperti apa masyarakat miskin di
Indonesia ini?
Imperium perpolitikan kita hancur, oleh
politikus-politikus busuk yang menghiasi perpolitikan di negara ini baik itu
politikus dari kalangan masyarakat umum yang telah pakar dalam studi politik,
mengerti politik dari akar sampai ke daun-daunnya karena pembelajaran sampai S3
di luar negeri serta dari kalangan yang tidak mengerti politik dan yang awam mengenai
dunia politik, yang pentik maju meramaikan perpolitikan di Indonesia ini. Kasus
korupsi, kasus suap yang melibatkan banyak pihak menjadikan negara Indonesia
ini diambang keterpurukan, negara lain yang di kenali dunia internasional lewat
prestasi yang diukir berbeda jauh denga Indonesia yang populer di dunia
internasional lewat banyak hal negatif yang melanda di seluruh pelosok negeri,
potret kemiskinan dan kesengsaraan, potret tenaga kerja wanita di berbagai
negara, potret kekerasan dan teror yang membawa-bawa nama Islam sampai kepada
potret yang sangat familiar dan menjamur yakni kasus korupsi yang menjadikan
negara kita selalu di pandang negatif oleh banyak pihak. Indonesia tidak bisa
bangkit seperti zaman Soekarno yang sangat disegani dunia internasional bahkan Amerika
Serikat, Indonesia tidak menjadi negara kuat di asia tenggara seperti era
Soeharto yang membuat negara-negara asia tenggara tidak berani memandang negara
ini dengan sebelah mata, terlepas dari penyelewengan politik yang di buatnya. Indonesia
sekarang butuh pemimpin tegas, karismatik dan berani bertindak seperti era
Soekarno serta pemimpin kuat yang di segani dan ditakuti seperti era Soeharto.
Korupsi, kolusi dan nepotisme yang seakan tidak pernah habis bahkan menjadi
besar dan berkembang biak dengan diberi pupuk yang menjajikan, apakah kekayaan
mereka masih belum cukup untuk dihabiskan dua atau tiga generasi berikutnya,
apakah mereka berniat untuk mewujudkan mimpi yang mengatakan kekayaan yang
tidak akan pernah habis sampai tujuh keturunan berikutnya,? Apakah kekuasaan
mereka belum cukup kuat dan besar? Atau apakah popularitas mereka yang belum
cukup dikenali sampai pelosok hutan dan daerah tertinggal? dan yang paling
diragukan sekali, apakah niat mereka untuk terjun ke imperium perpolitikan itu?
Kekayaan yang kaya bertambah kaya dan yang miskin
bertambah miskin, masyarakat Indonesia yang dirugikan, mereka yang seharusnya
menjadi wakil masyarakat yakni wakil dalam menyampaikan aspirasi, wakil dalam
menyampaikan keluh kesah, susah sedih dan wakil yang seharusnya mengerti apa
maunya masyarakat, apa kesengsaraan masyarakat, apakah mereka tahu? Jawabannya
tentu TIDAK, mereka tidak pernah bersusah payah membanting tulang peras
keringat mencari nafkah, yang mereka tahu hanyalah duduk di kursi empuk dan
ruangan berAC sambil mendengarkan ocehan-ocehan seakan berada diwarung kopi
sambil menikmati makanan kotak yang pada akhirnya masyarakat tidak terwakili
sedikitpun, masyarakat tetap hidup susah dengan pendapatan Rp 5000 perhari
bahkan tidak sama sekali sedangkan mereka puluhan juta bahkan masih kurang dan
menerima pemberian perusahan swasta yang memiliki kepentingan ekonomi terhadap
mereka sampai milyaran rupiah. Hal ini terjadi kepada sebagian besar politikus
di Indonesia dari semua kalangan, politik di Indonesia benar benar kejam akibat
ulah politikusnya, baik teman dan musuh sama saja yang penting adalah
kepentingan kelompok dan kepentingan individu, mereka berlomba lomba
mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk jaminan hari tua, mereka tidak memikirkan
masyarakat yang semakin sengsara, mobil mewah, rumah bertingkat layaknya istana
seolah masih membuat mereka merasa miskin yang jadi pertanyaanya kapan mereka
merasa kaya, kaya akan harta, kaya akan hati dan kaya akan ketenangan dan
jawabnya sungguh mudah ditebak, mereka baru merasakan itu semua jika seluruh
yang ada dalam negara ini menjadi aset kepemilikan mereka, kekayaan mereka
untuk generasi keluarga mereka yang meneruskan prinsip terdahulunya sedangkan
mereka pergi dengan 3 lapis atau 7 lapis kain putih di badan serta bagi yang
lainnya dengan satu setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupunya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar